Masalah perilaku anak di sekolah, seringkali berakar pada gangguan emosional (emotional disturbance). Namun sayangnya, tidak banyak guru yang cukup diperlengkapi untuk menangani gangguan itu. Akibatnya, bila tidak terjalin kerjasama yang baik antara sekolah dengan orangtua, gangguan emosional anak tidak tertangani dengan baik sehingga berkembang menjadi masalah perilaku yang mengganggu proses pembelajaran anak tersebut ataupun anak lain di kelas. Misalnya, anak menjadi semakin tidak mampu mengikuti pelajaran tanpa sebab yang jelas, baik dari segi intelektual, kemampuan alat indera ataupun segi kesehatan.
Kondisi seperti itu umumnya akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu, anak yang mengalami gangguan emosional perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Penanganan tentunya dimulai dengan identifikasi. Sebagai panduan identifikasi, bila kondisi-kondisi berikut berlangsung dalam periode yang cukup lama pada anak, maka hal itu perlu diwaspadai karena dapat merupakan indikasi bahwa anak mengalami gangguan emosi.
1. Masalah Perilaku Eksternal
Anak yang mengalami masalah perilaku eksternal biasanya suasana hatinya didominasi oleh kemarahan atau kesedihan. Manifestasi masalah perilaku eskternal umumnya lebih mudah diidentifikasi karena cenderung menimbulkan gangguan pada pihak lain, misalnya perilaku agresi, melanggar peraturan dan instruksi, hiperaktif ataupun kurang konsentrasi.
2. Masalah Perilaku Internal
Anak yang mengalami masalah perilaku internal biasanya suasana hatinya didominasi oleh kecemasan atau depresi. Dibandingkan masalah perilaku eksternal, masalah perilaku internal, biasanya lebih sedikit mendapat perhatian, karena umumnya jenis masalah ini tidak mengganggu pihak lain. Manifestasi umum dari kecemasan biasanya berupa penolakan untuk masuk sekolah, sikap pemalu yang berlebihan, ataupun gejala fisik yang somatik (muncul reaksi-reaksi fisik, misalnya sakit perut atau sakit kepala, bila berhubungan dengan hal-hal tertentu). Sedang manifestasi umum dari depresi biasanya berupa kesedihan atau kelelahan yang berlarut-larut, berkurangnya minat terhadap hal-hal yang sebelumnya disukai, serta mudah tersinggung.
Bila anak menunjukkan minimal salah satu dari kondisi di atas, maka sebaiknya orangtua bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan evaluasi terhadap anak. Dalam melakukan evaluasi, tidak jarang antara anak, orangtua dan sekolah terdapat persepsi yang berbeda-beda terkait perilaku anak yang dipandang bermasalah. Hal tersebut umumnya dikarenakan masing-masing pihak memiliki batasan yang berbeda tentang perilaku yang bermasalah dan tentang perilaku apa yang seharusnya dimunculkan dalam konteks tertentu. Namun demikian, evaluasi bersama tetap diperlukan untuk mengetahui masalah apa saja yang ada saat itu, memprioritaskan penanganan serta mendapatkan gambaran yang menjadi titik referensi untuk mengukur perkembangan anak.
Seandainya anak masih diasuh oleh kedua orangtuanya, akan ideal bila kedua orangtua berusaha terlibat dalam kerja sama dengan pihak sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam banyak kasus, ibulah yang lebih sering terlibat secara aktif dalam kerjasama dengan pihak sekolah. Namun demikian, bila ayah tetap dapat mengusahakan untuk terlibat walaupun tidak seintens ibu, maka ayah akan dapat memiliki kesadaran yang serupa akan kondisi perkembangan anak dan lebih dapat memberikan dukungan kepada ibu dalam menolong anak mengatasi gangguan emosinya. Selain itu, ada konteks-konteks dimana yang berperan sebagai pengasuh utama dalam kehidupan anak adalah kakek, nenek, paman atau bibi. Dalam kasus demikian, merekalah yang perlu lebih terlibat dengan pihak sekolah. Oleh karena itu, kata orangtua dalam konteks ini perlu dimaknai secara luas.
Pada prinsipnya, orangtua merupakan salah satu komponen yang menentukan dalam keberhasilan penanganan anak yang bermasalah di sekolah. Oleh karena itu, bila anak mengalami masalah akademik ataupun masalah perilaku di sekolah, orangtua perlu terlibat dan bekerja sama dengan pihak sekolah serta pihak-pihak lain yang diperlukan, misalnya konselor ataupun dokter.
Commenti